Cryptoharian – Bitcoin (BTC) mengalami koreksi sebesar 4,2 persen pada hari Selasa, sehari setelah mencetak rekor tertinggi baru di US$ 126.219. Penurunan ini terjadi setelah reli mingguan 12,5 persen, kondisi yang tergolong wajar di tengah sentimen makroekonomi global yang mulai goyah. Melansir dari cointelegraph.com, meski trader ritel mulai khawatir soal koreksi lebih dalam, data derivatif dan arus institusional justru menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut.
Saat ini, futures Bitcoin bulanan diperdagangkan dengan premi tahunan sebesar 8 persen terhadap pasar spot. Ini masih dalam kisaran ‘netral sehat’ (5 persen-10 persen).
Ketika pasar terlalu optimis, premi ini bisa menembus 20 persen, mengindikasikan spekulasi ekstrem. Sebaliknya, pasar bearish sering menarik premi ke bawah 5 persen bahkan bisa negatif. Saat ini? Jelas bukan skenario bearish.
Bahkan, minimnya euforia di pasar derivatif justru jadi sinyal positif. Artinya, potensi flash crash akibat likuidasi paksa menjadi lebih baik jika harga turun lagi.
Kenaikan Dipicu Aliran Dana Nyata, Bukan Spekulasi
Data sejak retest level US$ 109.000 pada 26 September mengindikasikan bahwa reli yang terjadi didorong oleh aliran modal riil, bukan sekedar dorongan spekulatif. Selama harga BTC tetap bertahan di atas US$ 120.000, kepercayaan pasar akan semakin kuat.
Baca Juga: Analis Klaim 2 Faktor Ini Dorong Koreksi BTC
Bitcoin kini benar-benar dipandang sebagai emas digital oleh institusi. Dengan kenaikan 31 persen year-to-date (YTD) di 2025, Bitcoin jauh mengungguli indeks S&P 500 yang hanya naik 14 persen.
- Net Inflow mingguan ke produk ETF BTC sebesar US$ 3,55 miliar.
- Total aset kelolaan ETF Bitcoin sebesar US$ 195 miliar.
- Bandingkan dengan instrumen berbasis perak, hanya US$ 40 miliar.
Beberapa perusahaan seperti Strategy dan Metaplanet terus membeli BTC sebagai cadangan perusahaan. Di Brasil, perusahaan publik OranjeBTC resmi melantai di bursa setelah mengakumulasi 3.675 senilai lebih dari US$ 445 juta.
Bitcoin di Bursa Turun ke Level Terendah 5 Tahun
Data dari Glassnode mencatat bahwa saldo BTC di bursa kini hanya 2,38 juta BTC, terendah dalam lebih dari lima tahun. Sebulan lalu, jumlah ini masih berada di 2,99 juta BTC. Meskipun pembeli besar masih bisa menggunakan jalur OTC, penurunan pasokan di bursa terbuka menandakan akumulasi sedang berlangsung.
Open interest futures BTC saat ini mencapai US$ 72 miliar, hanya turun 2 persen dari hari sebelumnya. Ini mencerminkan pasar derivatif yang tetap dalam dan likuid, penting untuk menarik minat hedge fund dan investor institusional, baik yang ingin long maupun short.
Perhatian investor juga mulai bergeser dari saham ke aset alternatif. Saham Oracle (ORCL) anjlok pada Selasa, pasca laporan menunjukkan penurunan margin laba dari bisnis clound-nya yang bergantung pada chip Nvidia.